Menilik Jejak Kekuasaan: Makan, Stempel, dan Naskah Kerajaan Samudera Pasai
Kerajaan Samudera Pasai, yang berdiri megah di pesisir utara Aceh (lokasi) sejak abad ke-13 hingga awal abad ke-16 Masehi, meninggalkan jejak peradaban Islam yang kaya di Nusantara. Lebih dari sekadar catatan sejarah, peninggalan-peninggalannya berupa makan (makam), stempel, dan naskah memberikan gambaran otentik tentang kekuasaan, administrasi, dan intelektualitas kerajaan maritim pertama di Indonesia ini.
Makam Sebagai Bukti Kekuasaan dan Keislaman:
Salah satu bukti arkeologis terpenting keberadaan Kerajaan Samudera Pasai adalah kompleks makam para sultannya di Kampung Geudong, Aceh Utara. Di antara nisan-nisan yang megah, terdapat makam Sultan Malik Al-Saleh (nama), pendiri kerajaan yang wafat pada tahun 1297 M (kronologi kejadian). Inskripsi pada nisannya tidak hanya mencantumkan nama dan tanggal wafat, tetapi juga ayat-ayat Al-Quran, menjadi penanda penting masuknya Islam dan berdirinya pemerintahan Islam di wilayah tersebut. Pelaku dalam pembangunan dan pemahatan nisan ini adalah para pengrajin dan ahli kaligrafi pada masa itu, atas perintah Sultan.
Stempel Kerajaan: Simbol Otoritas dan Legitimasi:
Stempel Kerajaan Samudera Pasai yang ditemukan di Desa Kuta Krueng, Aceh Utara, merupakan artefak berharga yang merepresentasikan otoritas dan legitimasi kerajaan. Terbuat dari tanduk binatang berukuran kecil (sekitar abad ke-14 M perkiraan waktu pembuatan), stempel ini bertuliskan kalimat dalam aksara Arab yang diperkirakan berarti “Kerajaan Muhammad”. Pelaku yang bertanggung jawab atas pembuatan dan penggunaan stempel ini adalah Sultan dan para pejabat tinggi kerajaan. Stempel ini digunakan sebagai tanda resmi pada dokumen-dokumen penting kerajaan, termasuk surat-menyurat dengan kerajaan lain.
Makan, stempel, dan naskah Kerajaan Samudera Pasai adalah artefak-artefak penting yang tidak hanya menyimpan sejarah kerajaan Islam pertama di Indonesia, tetapi juga memberikan wawasan tentang sistem pemerintahan, kepercayaan, dan interaksi internasional pada masanya. Peninggalan-peninggalan ini menjadi saksi bisu kejayaan dan akhir dari sebuah kerajaan maritim yang pernah menjadi pusat perdagangan dan penyebaran Islam di Asia Tenggara. Upaya pelestarian dan penelitian terhadap artefak-artefak ini terus dilakukan untuk mengungkap lebih dalam sejarah gemilang Samudera Pasai.